Minggu, 25 Juli 2010

ULTRAS !!!!

Minggu, 25 Juli 2010 0

"As an ultra I identify myself with a particular way of life. We are different from ordinary supporters because of our enthusiasm and excitement. This means, obviously, rejoicing and suffering much more acutely than everybody else"

Nukilan kalimat dari seorang anggota Brigate Rossonere, salah satu ultras AC Milan, membantu kita untuk mengenali fenomena ultras. Ultras bukanlah sekadar kumpulan suporter (tifosi) biasa melainkan kelompok suporter fanatik nan militan yang mengidentifikasikan secara sungguh-sungguh dengan segenap hasrat dan melibatkan dengan amat dalam sisi emosionalnya pada klub yang mereka dukung.

Ultras mempelopori suporter yang amat terorganisir (highly organized) dengan gaya dukung 'teatrikal' yang kemudian menjalar ke negara-negara lain. Model tersebut sekarang telah begitu mendominasi di Prancis, dan bisa dibilang telah memberi pengaruh pada suporter Denmark 'Roligans', beberapa kelompok suporter tim nasional Belanda dan bahkan suporter Skotlandia 'Tartan Army'.

Model tersebut masyhur karena menampilkan pertunjukan-pertunjukan spektakuler meliputi kostum yang terkoordinir, kibaran aneka bendera, spanduk & panji raksasa, pertunjukan bom asap warna-warni, nyala kembang api (flares) dan bahkan sinar laser serta koor lagu dan nyanyian hasil koreografi, dipimpin oleh seorang CapoTifoso yang menggunakan megaphones untuk memandu selama jalannya pertandingan.

Dalam tradisi calcio, ultras adalah "baron" dalam stadion. Mereka menempati dan menguasai salah satu sisi tribun stadion, biasanya di belakang gawang, yang kemudian lazim dikenal dengan sebutan curva. Ultras tersebut menempati salah satu curva itu, baik nord (utara) atau sud (selatan), secara konsisten hingga bertahun-tahun kemudian. Utras dari klub-klub yang berbeda ditempatkan pada curva yang saling berseberangan. Selain itu, berlaku aturan main yang unik yaitu polisi tidak diperkenankan berada di kedua sisi curva itu.

Kelompok Ultras yang pertama lahir adalah (Alm.) Fossa dei Leoni, salah satu kelompok suporter klub AC Milan, pada tahun 1968. Setahun kemudian pendukung klub sekota sekaligus rival, Internazionale Milan, membuat tandingan yaitu Inter Club Fossati yang kemudian berubah nama menjadi Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurra). Fenomena ultras sempat surut dan muncul lagi untuk menginspirasi dunia dengan aksi-aksi megahnya pada pertengahan tahun 1980-an.

Fenomena ultras sendiri diilhami dari demontrasi-demontrasi yang dilakukan anak-anak muda pada saat ketidakpastian politik melanda Italia di akhir 1960-an. Alhasil, sejatinya ultras adalah simpati politik dan representasi ideologis. Setiap ultra memiliki basis ideologi dan aliran politik yang beragam, meski mereka mendukung klub yang sama. Ultras memiliki andil "melestarikan" paham-paham tua seperti facism, dan komunism socialism.

Mayoritas ketegangan antar suporter disebabkan oleh perbedaan pilihan ideologis daripada perbedaan klub kesayangan. Untungnya, dalam tradisi Ultras di Italia terdapat kode etik yang namanya Ultras codex. Salah satu fungsi kode etik itu "mengatur" pertempuran antar ultras tersebut bisa berlangsung lebih fair dan "berbudaya". Salah satu etika itu adalah dalam hal bukti kemenangan, maka bendera dari ultras yang kalah akan diambil oleh ultras pemenang. Kode etik lainnya ialah, seburuk apapun para tifosi itu mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.

Dewasa ini, ultras kerap dipandang sebagai lanjutan atau warisan dari periode ketidakpastian dan kekerasan politik 1960-an hingga 1970-an. Berbagai kesamaan pada tindak tanduk mereka disebut sebagai bukti dari sangkut paut ini. Kesamaan-kesamaan itu tampak pada nyanyian lagu - yang umumnya digubah dari lagulagu komunis tradisional - lambaian bendera dan panji, kesetiaan sepenuh hati pada kelompok dan perubahan sekutu dengan ultras lainnya, dan, tentunya, keikutsertaan dalam kekacauan dan kekerasan baik antara mereka sendiri dan melawan polisi!

Bentrok dengan polisi menjadi salah satu tabiat asli ultras. Bagi ultras, polisi adalah hal yang diharamkan alias A.C.A.B (All Cops Are Bastar*s). Sebulan sebelum Sandri terbunuh, muncul klaim dari pihak polisi yang menyatakan bahwa tak kurang dari 268 kelompok ultra dengan aspirasi politik, semuanya memiliki semangat kebencian pada polisi. Selain itu, masih menurut polisi, mayoritas kelompok tersebut berhubungan dengan gerakan ekstrim kanan yang fasis.

Tak hanya polisi, manajemen klub, staff pelatih dan bahkan pemain juga pernah mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari ultras. Beberapa kelompok Ultras dalam menjamin dukungannya (terutama dalam pertandingan tandang), memaksa klub untuk memberi jatah tiket gratis, keuntungan perjalanan, dan bahkan hak atas merchandise. Ketegangan dengan pihak klub kerap berujung boikot dukungan pertandingan di kandang.

Pelatih atau manajer yang mundur (bukan karena dipecat manajemen klub) biasanya adalah produk dari tekanan ultras. Dari pihak pemain, Christian "Bobo" Vieri pernah mengalami teror fisik dari ultras Inter, termasuk dirusaknya salah satu properti bisnisnya, karena dianggap berkurang kadar loyalitasnya pada tim.

Dengan kemegahan dan kesuramannya ultras adalah fenomena khas Italia, representasi masyarakat Italia, dan identitas calcio. Seperti halnya kualitas Lega Serie A yang menjadi kiblat dunia sepak bola, seperti sistem catenaccio yang mengilhami banyak pelatih di dunia, maka aksi ultras di stadion pun menjadi rujukan dan referensi bagi suporter-suporter negara lain, termasuk kelompok suporter di Indonesia.

Tak bisa dipungkiri aksi-aksi kreatif kelompok suporter di Indonesia ini mengadopsi gaya suporter luar negeri. Meski di kemudian hari, terjadi proses kreatif dengan lebih banyak menampilkan produk budaya lokal. Suporter luar negeri yang menginspirasi itu bisa dari Barras Bravas (Argentina/Amerika Latin), Roligan (Denmark), Tartan Army (Skotlandia) dan tentunya Italian Ultras!

Cerita tentang bubarnya FDL
Di sepakbola Italia, Ultras dikenal sebagai Tuhan didalam stadion, merekalah yang berkuasa. Biasa bertempat di tribun di belakang garis gawang, dimana di tribun tersebut memiliki kekhususan, yaitu polisi tidak diperkenankan berada di tribun ini atau muncul masalah. Seperti kita lihat pada partai derby, Roma - Lazio, dimana ultras dapat membatalkan pertandingan dengan isu ada anak kecil yang ditembak polisi.

Di Italian ultras ini, mereka memiliki tradisi, yaitu pertempuran antar grup ultras, artinya sah-sah aja kalo salah satu grup ultras berkelahi dengan grup ultras lainnya, dan sebagai bukti kemenangan, maka bendera dari grup ultras yang kalah akan diambil oleh sang pemenang. Kode etik dari ultras lainnya ialah, seburuk apapun para tifosi ini mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.

Hal inilah yang membuat salah satu grup ultras Milan yaitu Fossa Dei Leoni (FDL) dinyatakan bubar, karena menjelang pertandingan Milan melawan Juventus beberapa musim yang lalu, seorang tifosi garis keras Milan melambaikan bendera Viking Juve.

Dalam tradisi ultras Italia, apabila ada grup tifosi lain yang memiliki flags dari musuhnya, maka berarti bahwa grup tifosi tersebut berhasil menaklukan atau mempermalukan musuhnya tersebut, tetapi ada syaratnya, bendera tersebut bukan diperoleh dari dicuri, atau diambil tanpa sepengetahuan grup ultras lawan tersebut melainkan harus dari open fight.

Masalah timbul, karena tifosi FDL ini memperoleh bendera Viking JUVE bukan dari open fight, melainkan dari menemukan di jalan. Viking JUVE tidak terima dengan hal tersebut, sehingga mereka mencegat tifosi Milan di Eindhoven setelah partai liga Champions PSV - Milan, mereka mencegat dengan menggunakan senjata tajam dan berhasil merebut bendera FdL.

Timbul masalah, karena hal tersebut, FDL lapor polisi, padahal dalam kode etik italian ultras, polisi adalah hal yang di haramkan alias A.C.A.B (All Cops Are Bastar*s). FdL semakin mendapat tekanan dari grup tifo Milan yang lainnya, seperti Brigate Rossonere, sehingga grup tifosi tertua ini (1968) menyatakan mundur dan membentuk grup baru yaitu Guerrieri Ultras. Banyak yang bilang, bubarnya FdL juga disebabkan konflik internal, selama ini FdL lah yang berada di belakang aksi koreografi tifosi Milan, BRN ingin mengambil peran itu.

Kekerasan juga menjadi hal yang buruk dalam sejarah ultras di Italia, tetapi diluar itu, mereka juga memiliki kode etik tersendiri dalam kehidupannya. Biasanya grup ultras akan bertempat di suatu tribun di stadion di Italia, dan dipimpin oleh seseorang yang disebut CapoTifoso. Masalah timbul apabila ada seseorang (diluar grup ultras) yang telah memiliki tiket resmi, dan sudah antri untuk masuk ke tribun yang kebetulan ditempati ultras dan mendapat tempat yang nyaman, tetapi ketika grup ultras masuk, maka orang tersebut akan diusir dari tempat duduknya, memang tidak fair. Seorang CapoTifoso juga memiliki kekuatan tersendiri di tribun tersebut, apabila ia
memerintahkan untuk melempar benda-benda kelapangan, maka akan dilemparkan
benda tersebut ke lapangan, tetapi apabila ia melarang, maka tidak ada satupun tifosi yang berani melawannya.

http://www.ilovepss.com/

Sabtu, 10 Juli 2010

Stadion Letjen Soedirman Mulai Direhab

Sabtu, 10 Juli 2010 0

BOJONEGORO - Setelah sempat beberapa kali tertunda, Dinas Pekerjaan Umum Bojonegoro kemarin (10/7) akhirnya memulai renovasi dan rehab Stadion Letjen H Soedirman.

Sejak pagi beberapa pekerja bangunan mulai membongkar sebagian dinding ruangan yang ada di dalam stadion kebanggaan Bojonegoro itu. Sesuai rencana, ada beberapa ruang yang akan diperlebar karena fungsinya berubah. ''Sebelum kompetisi superliga dimulai sudah akan selesai,'' kata kepala Dinas Pekerjaan Umum, Andi Tjandra.

Dia menjelaskan, untuk tahap awal ini pengerjaan meliputi pengadaan ruang pengawas pertandingan (PP), ruang konferensi pers serta ruang untuk studio siaran langsung. ''Untuk ruang pengawas pertandingan akan memanfaatkan gudang dan tinggal menambah kamar mandi saja,'' tuturnya.

Sedangkan untuk ruang konferensi pers nantinya akan memanfaatkan sebelah selatan gerbang utama. ''Bagian loket akan dibongkar agar ruangannya lebih luas,'' kata dia.

Sisi utara pintu masuk juga akan dibongkar. Sebagian nantinya akan digunakan sebagai studio untuk siaran langsung. Sementara, ruang ganti pemain nanti masuknya tidak melewati pintu utama, namun akan dibuatkan pintu masuk sendiri. ''Sehingga pintu masuk tengah steril,'' terangnya.

Andi menambahkan, sebagai pengganti loket nantinya akan dibangun terpisah dari stadion. Menurut rencana, loket bakal ditempatkan di tepi jalan masuk menuju stadion.

Sementara itu, ketua pansus LKPJ Agus Susanto Rismanto mengatakan, pihaknya akan mengawal proyek renovasi stadion tersebut. ''Yang jelas rehab dan pemasangan lampu stadion harus sudah selesai sebelum ISL digelar. Itu memang janji eksekutif,'' tuturnya.

Datangkan Pemain Korsel Lagi


BOJONEGORO - Manajemen Persibo Bojonegoro bakal mendatangkan lagi pemain asing dari Korea Selatan. Minggu depan, pemain bersangkutan diharapkan sudah tiba di Bojonegoro guna dilihat kemampuannya.

''Untuk yang ini posisinya striker,'' kata asisten manajer Persibo, Imam Sardjono.

Dia menuturkan, agen pemain yang bersangkutan sudah menghubungi dan menyatakan akan mendatangkan minggu depan. Dari curiculum vitae yang diajukan, pemain tersebut mempunyai postur tinggi 178 centimeter dan berat badan 74 kilogram. Sementara usianya sekitar 26 tahun. ''Karena itu kita lihat saja nanti bagaimana,'' katanya

Mengenai dua pemain asing yang saat ini seleksi, dia mengatakan sudah berkomunikasi dengan pelatih. Intinya, Fortune Udo yang berposisi striker dan Kim Young Kwen yang berposisi gelandang bertahan masih akan dilihat kemampuannya. ''Pelatih ngomong masih butuh waktu beberapa hari lagi,'' tutur pengusaha saprodi itu.

Dikonfirmasi terpisah, pelatih Sartono Anwar mengaku sudah tahu rencana kedatangan pemain Korsel tersebut. Dia menyatakan memang membutuhkan pemain asing di posisi striker dan stopper.

Mantan pelatih PSIS Semarang itu mengakui saat ini kesulitan mencari pemain lokal berkualitas. Sebab, sebagian besar pemain lokal masih terikat kontrak dengan klub lamanya. ''Ini karena PSSI menerapkan aturan kontrak satu tahun,'' tuturnya.

Dan rata-rata pemain baru akan bebas kontrak setelah Juli atau Agustus. Karena itu, dia menuturkan untuk mencari pemain lokal masih sulit. ''Apalagi mendatangkan dan melihat kemampuannya,'' kata dia.

Hanya, pria yang identik dengan topi bareta itu enggan berbicara mengenai siapa saja pemain yang akan direkrut. Alasannya, ini masalah etika karena beberapa pemain incarannya masih terikat kontrak dengan klub lama. ''Kalau sudah datang saja nanti kan tahu,'' katanya.

Renovasi Stadion Molor, Pansus Kecewa


BOJONEGORO - Panitia khusus (pansus) DPRD Bojonegoro yang membahas LKPJ kecewa terhadap eksekutif setempat. Komitmen untuk segera merenovasi Stadion Letjen H Soedirman dinilai belum dijalankan. ''Ternyata kita ke sini masih belum ada apa-apa,'' kata Ketua Pansus LKPJ Agus Susanto Rismanto.

Dia kemarin (8/7) bersama sejumlah perwakilan komisi mengunjungi stadion yang ada di Jalan Lettu Suwolo tersebut. Agus menyatakan kecewa karena kesepakatan yang telah dibuat tidak dijalankan. ''Kemarin sudah nggak (merenovasi stadion) ini kami ke sini juga belum,'' keluhnya.

''Jika mereka mengolor-olor tentu kita bisa lebih lama lagi bahas LKPJ,'' imbuh Agus.

Untuk mendapatkan kepastian renovasi stadion, dia lalu menghubungi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Andi Tjandra. ''Ini saya baru menghubingi, katanya baru saja tunjuk rekanan untuk pelaksana,'' kata Agus kepada rekan-rekannya.

Sebelumnya, pansus LKPJ dan eksekutif sepakat stadion mulai direnovasi 8 Juli lalu. Namun, hingga kemarin renovasi itu belum dilakukan. ''Kita ke sini karena kita ingin terus mengawal pembangunan stadion,'' ujar Nuswantoro, wakil ketua komisi C DPRD Bojonegoro.

Dia menuturkan, Stadion Letjen H. Soedirman sangat dibutuhkan masyarakat. Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas PU Andi Tjandra menjelaskan bahwa kemarin pihaknya baru menunjuk rekanan yang akan mengerjakan proyek tersbeut. Rencananya hari ini rekanan tersebut dminta bekerja. ''Jadi baru besok (hari ini, Red),'' katanya.

Coret Tiga Pemain Seleksi


BOJONEGORO – Tiga pemain seleksi yang mengadu nasib di Persibo Bojonegoro dicoret. Mereka adalah mantan stopper Arema Malang dan Persija Jakarta Warsidi; mantan penggawa PON Jatim Firman Basuki yang berposisi sebagai gelandang sayap; dan Herry Yahya, mantan gelandang Persibom Bolaang Mongondow.

”Kemampuannya belum sesuai dengan yang kami butuhkan,” kata pelatih kepala Persibo Sartono Anwar.

Untuk dua pemain asing, striker asal Nigeria Fortune Udo dan gelandang bertahan asal Korea Selatan Kim Young Kwen, belum diputuskan direkrut atau tidak. Dua pemain itu masih diminta mengikuti seleksi agar bisa dipantau kemampuannya secara maksimal. ”Untuk dua pemain tersbeut saya masih perlu beberapa kali latihan guna memastikan layak atau tidak,” ujar Sartono.

Dia menuturkan, secara postur, dua pemain asing tersebut cukup ideal. Namun, secara skill, Sartono belum bisa memberikan penilaian. Dia membutuhkan waktu untuk bisa memberikan penilaian. ”Kalau tidak (bagus) ya kita minta pulang. Kalau memang bagus, tentu akan saya rekomendasikan untuk direkrut,” tuturnya.

Ayah dari pemain timnas Nova Arianto itu menjelaskan, secara umum dirinya sudah memiliki gambaran tentang tim Persibo ke depan. Dari nama-nama pemain yang direkomendasikan, sudah jelas kebutuhan pemain yang diperlukan. ”Intinya kita tinggal menambah saja,” imbuhnya.

Mengenai posisi pemain yang dibutuhkan, Sartono menyatakan dirinya membutuhkan pemain berposisi striker, tengah, dan belakang. ”Untuk striker dan belakang memang dibutuhkan asing,” katanya.

Karena itu, dia akan meminta manajemen Persibo merekrut dua pemain asing nonAsia dan dua pemain asing asal Asia. Sebab, hingga kini hanya Victor da Silva pemain asing yang direkomendasikan direkrut kembali. ”Kita lihat saja nanti bagaimana,” pintanya.

Matangkan Bentuk Tim Junior


BOJONEGORO – Pengcab PSSI Bojonegoro terus mematangkan rencana pembentukan tim junior dengan pelatih kepala Persibo Bojonegoro. Sejauh ini, pengcab sudah dua kali menghelat pertemuan bersama pelatih kepala Persibo, Sartono Anwar.

Sekretaris Pengcab PSSI Bojonegoro Ali Mahmudi mengungkapkan, pertemuan tersebut diikuti sejumlah bidang terkait, bukan keseluruhan. Intinya, dalam pola rekrutmen tim, baik untuk U-21, U-18, maupun U-15 akan dipandu langsung Sartono Anwar. Itupun sebelumnya harus diawali dengan pembentukan semacam pemandu bakat. “Begitu juga untuk pelatihnya, nanti juga akan dipilih oleh pak Sartono,” tegasnya.

Untuk tim U-21, lanjut dia, saat ini pembentukannya sedang berlangsung. Sementara untuk pemain U-18, nanti akan memanggil sejumlah pemain dari klub anggota kompetisi internal. “Ini sangat memungkinkan karena data base pemain sudah ada,” terang pria yang juga camat Kedungadem ini.

Sedangkan untuk tim U-15, masih ada dua wacana yang berkembang. Yakni, dengan menghidupkan kembali turnamen Dandim Cup setelah lebaran. Atau, masing-masing klub di Bojonegoro diminta mengirimkan nama pemain untuk kemudian diseleksi. Setelah semua pemain terkumpul, nantinya Sartono Anwar akan menunjuk pelatih dari lokal Bojonegoro untuk menangani tim tersebut. Pelatih tim akan diseleksi dengan berbagai model. “Ada yang berdasar prestasi saat menangani tim anggota kompetisi internal atau berdasar rangking saat mengikuti kursus kepelatihan,” imbuhnya. Saat ini pengcab masih melakukan pendataan pelatih untuk tujuan dimaksud.
 
BOROMANIA CYBER DEPARTEMENT ◄Design by Pocket, BlogBulk Blogger Templates